Terakhir ini kita dikenalkan istilah baru yakni 'New Normal'. Apa itu? New Normal yg dimaksud ini terkait dengan kondisi dan situasi Covid-19. Sebenarnya kondisi yg disebut dengan New Normal terbentuk secara alamiah bila suatu kondisi yg lama yakni terpaparnya Covid-19 telah terlampaui secara optimal.
New Normal akan terbentuk melalui kebiasaan yg baru di dalam masyarakat hasil dari 'habitual learning' yg telah dilakukan dalam waktu yg lama, biasanya bertahun-tahun sehingga menjadi habit dan kemudian lekat pada sikap dan perilaku individu dalam masyarakat itu.
Kita dengar bahwa New Normal ini oleh pihak Kemenpan akan coba diterapkan di kalangan ASN di semua lembaga negara. Demikian juga mungkin akan diterapkan di kalangan BUMN. Semua karyawan atau pegawai bisa masuk kerja dg lebih fleksibel tetapi mengikuti aturan New Normal sesuai dg protokol kesehatan.
Kita memahami apa yg sedang dipikirkan dan yg akan dibijaki oleh Pemerintah ini, karena secara terbuka mudah dipahami kalau Pemerintah tidak mungkin akan bertahan lebih lama lagi dalam posisi PSBB yg ketat. Kondisi ekonomi akan tambah berat dan beban yg dipikul masyarakat tidak akan tertahankan. Lantas muncullah beberapa skenario yg salah satunya adalah New Normal itu.
Kira-kira apa yg bakal terjadi jika New Normal yg seharusnya merupakan kondisi 'alamiah' hasil habitual learning tiba-tiba dipaksakan menjadi kebijakan publik?
Mungkin penerapan New Normal bisa diterapkan (dan juga dipertahankan) di kalangan lembaga Pemerintah dan BUMN. Namun, berapa persen yg akan dapat bertahan dalam kondisi New Normal? Katakanlah kita berkalkulasi secara statistik jika ada 30% dari penduduk yg bisa menerapkan New Normal, maka 70% lainnya masih menerapkan kebiasaan lama atau kenormalan lama atau 'Old Normal'. Mereka ini yg kita lihat sehari-hari masih belum terbiasa jaga jarak, belum terbiasa pakai masker, belum terbiasa cuci tangan dan muka setelah keluar rumah dan lain-lain kebiasaan yg baru diatur dalam 3 bulan belakangan, yg kita sebut sebagai kebiasaan New Normal itu.
Lantas apa yg bakal terjadi jika 70% penduduk masih dalam kondisi Old Normal? Bisa dibayangkan bahwa penduduk yg 30% (New Normal) akan berhadapan dg penduduk yg 70% (Old Normal). Di kantor, mereka menerapkan New Normal, tetapi di jalan, di pasar, mall, kampung mereka berhadapan dg penduduk yg mayoritas Old Normal.
Jadi, gimana dong? Inilah yg sekarang sedang ramai didebatkan. Bagi saya dalam kondisi Pemerintah tidak mampu bertahan dalam PSBB yg ketat, ini adalah alternatif. Bukan yg terbaik, maaf. Karena yg terbaik adakah berkurung dan bekukung itu. Akan tetapi apa daya Pemerintah kita tidak mampu dan harus kita maklumi bersama. Yang kita hadapi ini adalah virus yg sama sekali baru dan belum ditemukan vaksinnya. Tingkat penyebaran sangat cepat. Secara ideal kebijakan adalah berkurung dan bekukung. Jika tidak mampu hanya ada alternatif keluar dari kurungan. Jika alternatif ini diambil, dengan kebijakan New Normal atau apapun, maka resikonya cepat atau lambat akan terpapar juga. Untuk itu saya cuma titip saran bagi keluarga untuk menjaga anggota keluarga inti masing-masing. Jaga anak isteri masing-masing. Ajari mereka protokol kesehatan untuk terbiasa dalam kehidupan New Normal. InsyaAllah kita bisa menambah persentase penduduk kenormalan baru. Jangan lupa berdoa semoga kondisi ini segera berakhir, dan bahkan, kerinduan kita terhadap kenormalan lama, tradisi lama kita bisa kita hidupkan lagi kembali seperti semula.
BUSTAMI RAHMAN