Ada beberapa fakta yg menarik dan dapat kita ambil sebagai hikmah dari penularan virus corona.
Satu daripadanya adalah tingkat imunitas ternyata tidak terhubung secara signifikan dengan tingkat kebersihan suatu komunitas di dunia. Angka penularan yg tertinggi ternyata ditemukan di negara-negara yg secara terukur modern tingkat kebersihannya rata-rata tinggi. Negara-negara Eropa, Amerika, termasuk China yg puluhan tahun kebelakang jauh lebih modern terpapar dengan lebih cepat dan lebih meluas.
Sebaliknya, komunitas di negara-negara yg dianggap tingkat kebersihannya rendah, seperti sebagian besar Afrika, India, Srilanka dan lain-lain ternyata tingkat sebaran penularan juga rendah.
Mengapa terjadi hubungan negatif antara tingkat kebersihan dengan tingkat penularan? Apakah ada hubungannya dengan tingkat imunitas? Jika ya, mengapa komunitas dengan tingkat kebersihan yg dianggap rendah justru imunitasnya tinggi?
Saya teringat sahabat saya yg puluhan tahun yg lalu mengalami ujian dengan meninggalnya puteranya yg sangat disayangi pada usia 7 tahun. Anak ini meninggal karena virus demam berdarah yg waktu itu merupakan wabah pertama di Indonesia. Serangan penyakit yg baru yg menguji ketahanan atau imunitas seseorang membuat gamang semua orang.
Saya juga ingat betapa sayangnya seorang ayah dan ingin melindungi anaknya dari segala mara bahaya termasuk dari penyakit. Anak 'dilindungi' untuk tidak main di luar rumah tanpa sandal, anak dilarang hujan2an, anak dilarang bermain dengan anak lain yg dianggap terlihat lebih 'kotor', anak dilarang main tanah, apalagi ke sungai, rabeng, hutan, laut. Semua kawasan berbahaya. Main saja di rumah, di dalam ruang tamu, nonton tv, main game. Tidur jangan lupa diselimut rapat. Minum susu teratur dan jangan lupa pula segala macam vitamin.
Saya ingat lagi teman saya yang belajar dari anaknya yg pertama itu untuk tidak mengulanginya kepada anak-anaknya yg lain. Dia bilang anaknya dibiarkan saja main di tanah, hujan2an dibiarkan saja asal hujannya tidak berpetir. Main dengan anak kampung dibiarkan saja. Yg penting pulangnya mandi bersih. Ternyata anak-anaknya alhamdulillah tumbuh dengan baik dan jarang sakit.
Apa hikmahnya bagi kita? Imunitas bukan hanya didapatkan dari perlindungan modern dan segala macam vitamin. Cobalah kembali dekat dengan alam. Kembalilah ke 'tradisi' anak-anak zaman old dulu. Hidupkanlah permainan lama seperti sembunyi gong, main kelereng di bawah pohon, main anak ela di lapangan, main enggrang, perang2an di semak-semak, hujan2an dan cari ikan di sungai. Ini semua saya sebut sebagai tradisionalisasi, kembalinya kita ke masa lalu yg sudah kita buktikan dulu lebih bahagia 'rasanya' ketimbang anak-anak masa kini yg semakin jauh dengan alam naturalnya sendiri. Dan ingatlah terkait dengan konteks covid-19, imunitas menjadi barang mahal..dan cukup rasanya kita kembali ke tradisi lama kita, ke 'guru' semula jadi kita, alam takambang. Mereka sedang tersenyum menunggu saudaranya yg terbaik, 'khoirul barriyah' untuk kembali berdekat-dekat dengannya.
BUSTAMI RAHMAN