Jurusan Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung (UBB) kembali menggelar kelas Internasional, dengan tema Eurasia and Contemporary Global Politics: From Identity Politics to Citizenship Politics, Kamis (24/8/2023).
Acara yang menghadirkan pembicara Prof Bustami Rahman tersebut, rencananya akan berlangsung selama 16 pekan dengan menghadirkan narasumber berbeda.
Ketua jurusan ilmu Politik UBB, Bahjatul Murtasidi dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan yang diikuti 70 mahasiswa ini memberikan peluang bagi Mahasiswa dan peserta untuk bertanya sekaligus berdiskusi tentang aplikasi praktis dari konsep multikulturalisme dalam kehidupan sehari-hari, bidang politik, ataupun soal bisnis di tingkat global.
"Diharapkan, diskusi ini mendorong pemikiran kritis dan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana dunia dapat menjembatani kesenjangan dan merangkul keberagaman. Besar harapan kami, kegiatan ini dapat mendorong kualitas pelaksanaan tri dharma di Universitas Bangka Belitung," ujar Bahjatul Murtasidin pada rilis yang diterima Bangkapos.com, Jumat (25/8/2023).
Lebih lanjut, ia juga berharap kegiatan yang dihasilkan dari adanya kerjasama Jurusan Ilmu Politik dan Eurasia Foundation harap dapat membuka pintu bagi mahasiswa dan akademisi, dalam merangkai pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu politik identitas dan politik kewargaan.
"Besar harapan kami, ini bisa menjadi tonggak penting dalam perjalanan universitas dalam menciptakan lingkungan belajar yang menginspirasi dan mendorong pemikiran inovatif. Sekaligus, turut berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan," tandasnya.
Sementara itu, selaku pembicara Prof Bustami Rahman menyoroti mengenai multikulturalisme sebagai bentuk perspektif mengenai ragam kebudayaan, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai sumber perpecahan diantara masyarakat.
"Multikultural adalah perbedaan etnis masyarakat dengan berbagai perbedaan dalam satu negar. Sedangkan multikulturalisme, adalah perspektif dari kacamata masyarakat dengan mengakui pada kenyataan bahwa keberagaman itu ada dengan mencakup banyaknya perbedaan bentuk-bentuk kehidupan," jelasnya.
Ia juga menekankan, jika multikulturalisme bukanlah sekadar toleransi, melainkan pengakuan atas keberadaan setiap kelompok dalam masyarakat. "Dengan mengakui dan menghormati keberagaman, masyarakat dapat tumbuh sebagai lingkungan yang inklusif dan harmonis, di mana konflik dapat diatasi dengan dialog dan pemahaman," sebutnya. (Robing/FISIP UBB)