Program Studi Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung ( UBB) bekerjasama dengan Eurasia Foundation menggelar Pekan ke-12 Kelas internasional yang mengusung tema Eurasia and Contemporary Global Politics; From Identify Politics to Citizenship Politic.
Kelas Internasional ini diisi oleh Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si, seorang Guru Besar Komunikasi Politik dari Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
"Ketika berbicara mengenai Asian Community kita mesti memahami bahwa Asia memiliki cakupan yang luas (sebagaimana yang diungkapkan oleh United Nation), di mana kawasan ini terdiri dari banyak negara mulai dari Yaman sampai ke Papua Nugini dan Mongolia," kata Dosen Ilmu Politik Universits Bangka Belitung ( UBB), Robing dalam rilis kepada Bangkapos.com, Selasa (1/11/2022). Dia menyebutkan sebagai salah satu negara yang berada di Asia, Indonesia memiliki mimpi, yaitu Indonesia Emas 2045.
Namun, permasalahan yang ada saat ini adalah Indonesia belum memiliki roadmap terkait dengan sumber daya manusia.
"Jika kita berbicara kenapa negara-negara Asia masih kalah dan sulit mengalahkan negara-negara di Eropa misalnya, hal itu disebabkan karena adanya the ego of Asia, yang bermakna ego antar sesama negara di Asia.
Dengan kata lain, negara-negara Asia saling memiliki ego yang tinggi, contohnya Jepang merasa lebih superior dari Cina dan begitupun sebaliknya.
Akibatnya kedua negara tersebut susah untuk bersaing. Hal ini berbeda dengan negara-negara Eropa dimana mereka bisa menyatukan negara-negara mereka dan membentuk Uni Eropa bahkan memiliki mata uang yang sama, yaitu Euro," jelasnya.
Menurutnya, secara umum Asia juga memiliki sebuah penyakit yang disebut westernomia, yaitu penyakit merasa budaya barat itu lebih superior dari budaya Asia (timur), begitupun Indonesia.
"Di Indonesia, semua western culture (budaya asing) tersebut begitu diagung-agungkan ketimbang budaya sendiri.
Kembali ke bagaimana menyatukan Asia, hal ini memang menjadi suatu pekerjaan yang tidak mudah karena secara wilayah negara-negara Asia ini sangat berbeda.
Misalnya Asia Selatan lebih condong liberal, berbeda dengan Asia bagian utara yang rata-rata menganut paham komunis," katanya.
Robin menyebutkan antar negara Asia tersebut juga memiliki pola pemahaman pendidikan dari usia dini yang berbeda.
Indonesia memiliki pola pendidikan budaya dari awal yang sudah baik. Dengan demikian, pola pendidikan, budaya serta kecintaan terhadap budaya bangsa itu harus benar-benar ditanamkan.
"Satu perbedaan antara orang mau dengan orang malas yaitu orang mau selalu berusaha mencari jalan, apapun permasalahan yang dihadapi mereka selalu mencari jalan keluar, sedangkan orang malas selalu mencari alasan.
Kesimpulan dari kuliah ini, kita harus berani untuk menggunakan culture kita sendiri dalam berbagai hal, dan komunikasi lintas budaya (cross-cultural communication) merupakan salah satu cara untuk membawa kedamaian dalam komunitas Asia.
Kita harus bisa saling memahami kebudayaan tiap-tiap negara yang ada di Kawasan Asia. Kita juga harus bisa menjadikan kebudayaan kita sebagai rujukan utama dalam pengembangan bangsa kita," kata Robing.