Merawang, FISIP UBB— Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Bangka Belitung (UBB) mengadakan acara tasyakuran atas pencapaian yang luar biasa dari salah satu dosen di Jurusan Ilmu Politik. Beliau adalah Prof. Dr. Ibrahim, M.Si. yang beberapa hari lalu secara resmi telah meraih jabatan akademik Guru Besar (Jumat, 20/01/23).
Profesor pertama besutan UBB yang saat ini juga sedang menjabat sebagai Rektor itu berhasil meraih Guru Besar-nya dengan angka kredit yang tinggi, yakni 1134,65. Tentu, Civitas Akademika FISIP UBB sangat berbahagia dan berbangga atas capaian ini, sehingga merasa penting untuk menggelar acara tasyakuran. Apalagi Prof. Ibrahim sebelum menjabat sebagai Rektor, merupakan Dekan FISIP dari tahun 2014-2020, sehingga sosok Beliau memiliki tempat tersendiri bagi FISIP UBB.
Di acara tasyakuran tersebut, Prof. Ibrahim menyampaikan banyak pesan inspiratif dan kisah haru perjalanan Beliau hingga mencapai derajat tertinggi dari seorang akademisi tersebut. Salah satu pesan penting yang disampaikan di hadapan para Dosen dan Tenaga Kependidikan di lingkungan FISIP adalah bagaimana pentingnya memiliki Visi.
“Memiliki visi itu penting Bapak/Ibu, karena dengan visi kita bekerja lebih terarah dan jelas apa yang ingin kita capai dari waktu ke waktu. Visi yang saya maksud di sini bahasa umumnya disebut cita-cita atau impian”, ucap Profesor Ibrahim.
“Soal visi ini, yang terpenting adalah kita memiliki visi untuk diri kita sendiri dulu, sebelum memiliki visi untuk institusi. Karena bagaimana mau berkonribusi dengan baik atau memajukan institusi kalau kita pribadi saja tidak memiliki visi. Maka, jangan hidup mengikuti pepatah “hidup seperti air mengalir saja”. Justru itu simbol kepasarahan yang bisa menjebak untuk membuat kita tidak progresif dalam menjalani hidup”, tambahnya.
Beliau menegaskan, karena memiliki visi ini juga yang membuatnya bisa mencapai posisi sekarang. Rektor di usia 38, dan menjadi Profesor di usi 41 tahun. Karena ingin mencapai visi yang sudah dibuatnya, Beliau bekerja dalam bidang akademik lebih ekstra, seperti mengurangi waktu tidur untuk dimanfaatkan menulis karya ilmiah.
“Sebagai upaya saya mencapai Profesor ini, waktu tidur malam saya sejak lama sudah agak saya kurangi, Bapak/ibu. Kalau dulu bisa tidur jam 10 malam, tapi akhir-akhir ini, saya tetapkan tidurnya jam 12 malam, karena harus menulis. Dan Istri sering protes hal ini. Cuma ya saya jawab, kalau tidak begini, saya tidak akan menjadi professor lebih cepat,” jelas Pak Ibrahim sambil mengeluarkan senyum khasnya.
“Bapak/Ibu juga mungkin bisa mengurangi sedikit waktu tidurnya untuk produktifitas berkarya sebagai akademisi sembari tetap memerhatikan kesehatan. Khususnya mengurangi waktu tidur siang di waktu libur. Apalagi dosen yang masih muda-muda ini,” tambah Prof Ibrahim.
Selain itu, Beliau juga memberikan tips dan trik bagaimana yang harus dilakukan para dosen untuk kenaikan Jabatan Fungsional dari mulai Asisten Ahli hingga Guru Besar. Sebab menurut Beliau, bagi para Dosen, Jabatan Fungsional ini adalah yang terpenting untuk dikejar, bukan tugas-tugas tambahan atau jabatan struktural. Prof. Ibrahim juga menegaskan bahwa dia siap menjadi mentor bagi para dosen yang saat ini sudah Lektor Kepala agar bisa lancar dalam pengurusan ke Guru Besar.
“Saya harap, setelah saya ini, dalam satu tahun atau dua tahun ke depan akan menyusul beberapa Guru Besar atau Profesor di Universitas Bangka Belitung ini,” pungkasnya. (Hz/Dosen)