Balunijuk (7/2) -- Universitas Bangka Belitung (UBB) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) bekerjasama dengan One Asia Foundation, menggelar International Class on Asian Community dengan tema “Bridging The Difference of Identity and Constructing the Partnership Through Education Toward One Asia Community” yang akan berlangsung dari bulan Februari hingga Mei 2020.
Pertemuan Ke-1 Kelas Internasional bertema “From Local Wisdom to Global Wisdom” bertempat di Ruang Rapat Besar, Gedung Rektorat, Kampus Terpadu Universitas Bangka Belitung, Jum’at, 7 Februari 2020.
Kegiatan dimulai pukul 14.00 WIB dengan jumlah peserta 150 Mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Bangka Belitung, dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bangka Belitung.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi dan Kerjasama Universitas Bangka Belitung, Dr. Ir. Sucipto, M.T., IPM hadir dan membuka secara resmi rangkaian kegiatan Kelas Internasional yang akan berlangsung selama 16 kali pertemuan dari bulan Februari hingga Mei 2020. Turut hadir dalam kegiatan diantaranya Dr. Sri Rahayu, M.H. (Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Universitas Bangka Belitung), Dr. Ibrahim, M.Si. (Dekan FISIP UBB), Dr. Dwi Haryadi, M.H. (Dekan FH UBB), beserta pejabat struktural dan perwakilan dosen dari fakultas yang ada di Universitas Bangka Belitung.
From Local Wisdom to Global Wisdom
Prof. Dr. Purwo Santoso, seorang Guru Besar dari Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dihadirkan untuk memberikan materi perkuliahan pada pertemuan ke-1 kelas internasional. Dikenal dengan panggilan Pak Purwo, kontribusinya sebagai seorang akademisi bagi dunia kelimuan sangat luar biasa. Mendampingi Pak Purwo dalam sesi perkuliahan sebagai moderator, Andri Fernanda, M.A. seorang dosen Sastra Inggris FISIP UBB, yang kebetulan merupakan alumni dari Universitas Gadjah Mada.
Mengawali perkuliahan, Pak Purwo memberikan topik aktual di dunia pendidikan Indonesia. Indonesia selama ini mengalami disrupsi sistem pendidikan, kemudian muncul sebuah pembaharuan konsep yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim.
Konsep yang diusung adalah "Kampus Merdeka". Sebuah konsep dimana mahasiswa bebas mengambil mata kuliah di luar kelas selama satu semester. Kampus merdeka bisa diartikan juga merdeka belajar.
Sistem pendidikan kita selama ini hanya berkutat di dalam kelas tanpa ada aplikasi yang jelas. Misal, pendidikan Kewarganegaraan yang harusnya menghasilkan individu-individu yang nasionalis tetapi hanya sampai pada tataran hapalan bukan terapan. Kampus Merdeka merupakan perombakan sistem pendidikan dimana mahasiswa dimungkinkan memperoleh pelajaran dan pengalaman dari lapangan, atau bahkan dari masyarakat atau internet sekalipun.